Catatan Akhir Semester



Time flies, sabtu ini ( 13 Juli 2013) jadi tahun ke 3 menyandang status sebagai siswa BudiMulia. 
Rasanya baru kemarin aja datang dan memijakkan kaki di kota ini, rasanya baru kemaren jaman alay-alaynya ngidamin baju putih abu, baru kemaren juga ngangkatin benda-benda seperjuangan ke kost. 
Yang dulunya adalah siswa SMA yang polos, sekarang dengan bangga mengangkat tangan kanan dan mengacungkan jari jempol-telunjuk-klingking bersamaan bak seorang rocker dengan kuat mengatakan “aku senior tunggal”. *oke ini enggak penting*
Ada rasa bangga dan haru yang bersamaan. Puas sudah bisa hidup secara mandiri di sini kurang lebih selama hampir dua tahun. Yang bagiku, itu adalah sebuah prestasi besar, mengingat aku yang belum pernah tinggal terpisah dengan orangtua. Dan perasaan tidak rela. Yang membuatku sedikit berat hati untuk meninggalkan kelas 2. Berat banget untuk pergi dari moment-moment berharga yang sudah dilewati setiap harinya. Apalagi ketika Outbond di Nagahuta, Loresa di Maranatha, sampai kejadian lucu camping di Pusuk Buhit Pangururan. That was an unforgetable moment, ever
Yang  paling ga bisa dilupain dan mesti, kudu, harus, wajib, dan selalu diingat adalah :


Papa Mansen Khan (The Gosiper’s). 

Wali kelas paling Kece se antariksa Budi Mulia. Guru Budi Mulia yang selalu mengaku memiliki darah keturunan India :D Wali kelas paling Gaul, Jujur, Manis dan Menjanjikan ( Jumanji). 



Selain papa Mansen, Chika  dan Cindy  menjadi dua orang paling berpengaruh dan number-one support system bagiku pribadi. Dua bocah ini yang membuat masa-masa di kelas 2 jadi gak membosankan. Manusia yang dua ini yang membuat Koku dan Ulangan harian yang terasa sangat mencekik itu menjadi lebih mudah untuk dijalani. Mereka bilang sih “take it easy:)

Ada juga nih orang yang mungkin akan terkenang selalu, dan memang gak akan terlupa juga hehe (walau agak berat sebenarnya untuk mengakui, tapi cemanalah diancamnya aku untuk nulis ini). 
Selama aku menjadi bagian dari Combad Class, terdapat seseorang yang membuat hariku terasa berbeda 180 derajat dari biasanya.  Dia dikenal dengan panggilannya ”Cincau Hijau” plesetannya “CimengJr atau Chibi”. Tetapi orang-orang biasa memanggil dia dengan sebutan Roland, kalau tetangganya memanggil dia Ignas, kalau... ah sudalah. Terlalu banyak namanya. Terlalu terkenal . 



Here it is!

Kalau menurutku, sepintas dilihat dia itu mirip dengan Bruno Mars. Tetapi Bruno Mars yang sudah operasi plastik karena jatuh dari lantai duaratustigapuluhlima dan terlindas truk. Hancur memang. Tapi lumayanlah. Suka merasa kasihan sama perempuan yang bisa-bisanya suka dan mau menjadi pacarnya :( Orangnya pintar nyanyi, tapi cuma bisa nyanyiin lagu Jamila aja :D hahaha Dia sangat hyperaktif dan suka bepergian. Bepergian yang kumaksud adalah pergi ke suatu tempat dan lupa untuk pulang. Yang membuatku selalu mendapat panggilan mendadak dari kedua orangtuanya karena merasa khawatir bila anaknya diculik orang. Padahal siapa yang mau menculik dia, penculik itu akan rugi hidup dan matinya.

Orangnya lucu dan humoris. Bisa berteman dengan siapa saja. Tetapi dia berada pada zona pencarian jati diri yang kurang tepat. Membuang waktu secara percuma, dan sering meresahkan kedua orangtuanya. Walau aku sudah mengingatkannya beberapa kali, namun nasehat itu rasanya tidak pernah melekat di pikirannya. Aku yang tergolong pendiampun bisa menjadi temannya. Entah darimana awalnya, aku tidak menyadari. Dia sering membuatku tertawa bahkan untuk hal yang tidak penting sama sekali. Itu yang membuatku bersyukur mengenal dan menjadi dekat dengannya. Setidaknya ada hal yang masih bisa kami tertawai di tengah kehidupan yang hancur ini.

Tapi kalaupun begitu, selama bersama dalam satu meja *loh? kami belum pernah melakukan yang namanya ngitil. Ngitil adalah mencontek ketika sedang ujian. Sekalipun tidak. Meskipun dia selalu mengajakku untuk melakukannya. Tapi tidak tau juga ketika dia sedang sendiri, atau aku yang tidak menyadarinya.

Sudah kuanggap seperti saudara sendiri, walau ketongkarannya masih sangat sering terjadi. Orangnya ngantukan di kelas. Seperti buruh kerja yang kerja 24 jam tiada henti. Catatannya tidak pernah lengkap, yang membuatnya selalu mendapat hukuman dari guru yang bersangkutan. Tidak pernah diam dan suka ngajak ngobrol. Apalagi ketika  pelajaran Fisika, sementara masih banyak yang mau dicatat dari papan tulis. 

Dan yang terakhir. Hal yang paling aku benci adalah kalau dia ngelucu ketika pelajaran Bahasa Jerman. Guru bahasa Jerman di SMAku agak sedikit tegas (sedikit killer maksudnya). Pembawaanya selalu tegang dan kelas menjadi sedikit horor. Kebayang dong mengganggu guru dengan kriteria seperti itu.  Alhasil dia bersama soulmatenya (Samuel, Yohsua dan Peransi) harus keluar kelas selama pelajaran bahasa Jerman. Jadilah aku tinggal sendirian di bangku  :( 

Kita juga sering berantam dan banyak cekcok. Iyaa, lumayan sering. Tapi kalau sampai tidak cakapan masih sekali dalam satu hari, tidak pernah. Karena sore harinya akan langsung disogok dengan sebungkus goodtime. Makin diingat makin sedih juga nantinya. Hiks. Sebenarnya berharap bisa sekelas juga dengannya di kelas 3, tapi kayaknya gak perlu deh. Takut sial lagi selama kelas 3 nanti :D. 

Aku berharap, semoga apa yang kita rencanakan sukses, semua tanpa terkecuali. 
Tentang masa depannya, semua resolusi 2013, dan harapan kuliah di Jawa-nya apalagi :’)

        But, first of all ....  2 IPA 3 .... you are the best. Terima kasih untuk kenangan indahnya. Terima kasih untuk rasa persaudaran yang sudah terjalin diantara kita. Buat Loresa obat penawar galaunya. Dan  terima kasih untuk setahun menyenangkan yang pernah ada. 

Akan selalu menaruh rindu untuk ini. Sampai jumpa di lantai 2 gedung baru, dan sampai jumpa di pulau Jawa :’)

Tertanda aku, Nomor urut 22
Jean Tambuanan
xoxo
 

Komentar

Postingan Populer