Jogja, I fall in Love with You.



Aku adalah orang yang sangat mencintai kota Jogja. Dari skala 1-10. Aku akan menempatkan angka 9 untuk kriteria kecintaan akan kota ini. Pada tahun 2008 silam aku mengunjungi kota ini untuk yang pertama kalinya. Saat itu aku masih menduduki bangku sekolah dasar, ketika adik perempuan paling bungsu dari Ayahku, mendapatkan gelar S2 di salah satu Universitas Negeri ternama disana. Sempat berharap akan melanjutkan jenjang pendidikan di kota ini juga, tetapi rencana Tuhan selalu menjadi yang terbaik.  Aku begitu mengagumi kota ini. Kebersihannya, keteraturannya, keistimewaannya yang sampai tersohor baik di dalam ataupun di luar Negeri. Budaya kesultanan yang masih di pegang teguh sampai sekarang membuat rasa tergila-gilaku memasuki level puncaknya. Namun semua itu hanya bisa kudengar dari orang-orang yang sering berkunjung kesana, kubaca dari berbagai situs media online dan beberapa buku yang sering mengulas tentang kota ini. Tersenyum simpul apabila ada penulis yang menggunakannya sebagai latar sebuah cerita romantika. Mengagumi dalam bayang, sembari memutar kembali puing-puing ingatan yang masih tersimpan didalam kepalaku. Beberapa kali merencanakan liburan, tapi waktu libur dan urusan akademik sana-sini bentrok. Beberapa kali juga hanya melintas di stasiun Tugu dan kembali melanjutkan perjalanan. Begitu seterusnya, hingga tepat seminggu yang lalu, sepupuku memberitahuku bahwa PT Kereta Api Indonesia memberikan harga tiket promo khusus bulan April, untuk rute perjalanan Malang-Jogja. Tanpa berpikir panjang, kita pun merencanakan perjalanan, dan akan tinggal disana selama 3 hari 2 malam.
Perjalanan kita tempuh kurang lebih selama 7 jam dengan tiket Economi Class. Berangkat pukul 08:25 dari Stasiun Kota Malang dan akan tiba di Stasiun Yogyakarta pada pukul 15:50. Sejuknya kota Malang pagi itu benar-benar melengkapi kebahagiaan yang sudah memenuhi rongga dada. Suara peluit dari masinis kereta api, pertanda bahwa perjalanan akan segera dimulai. Hijau lahan padi nan luas mengikuti sepanjang perjalanan kami. Gerombolan anak-anak yang berhenti dan berteriak ketika kereta api melewati sebuah jalan yang menghubungkan dua desa. Petani yang melambai dari tempat peristirahatannya ketika seharian berpeluh keringat diantara mentari yang terus memberikan sinarnya. Dari stasiun Malang, Kepanjen, Kediri, Solo hingga berlabuh di pelataran kota Jogja. Udara yang lembab, dan tanah yang basah, pertanda kota ini baru saja dijatuhi Hujan, semua suasana ini menyambut kedatangan kami.


Kuhirup udara kota ini dalam-dalam. Kuamati semua, apa saja, yang mampu memenuhi bola mataku. Angkringan, ayam penyet, delman, suara tapak kuda semua memberi pemandangan yang menenangkan pikiran. Kuabadikan beberapa moment yang pada dasarnya dalam ingatan manusiapun tidak akan bisa menahannya dalam jangka waktu yang lama. Diantara banyak orang yang berlalu lalang di stasiun kota Jogja, tampak seorang perempuan memakai baju putih dengan cardigan biru muda yang menutupi tubuhnya, melambaikan tangan kearahku. Rambutnya sebahu dipotong pendek, rata. Wajahnya sumringah dengan proporsi tubuhnya yang agak berisi dan tidak terlalu tinggi memberi kesan bahwa dia adalah tipe perempuan yang periang. Dia memperkenalkan dirinya, dan memberitahu kami bahwa dia sudah mengetahui kunjungan kami kesini. Sepupuku yang memberitahunya. Dia mengantarkan kami ke sebuah penginapan murah di daerah Jalan Kaliurang. Lumayan mewah untuk harga yang pas-pasan. Dia menawarkan beberapa tempat yang akan kami kunjungi. Keterbatasan waktu dan terkendala dalam hal finansial (hehe) kita hanya akan memilih beberapa tempat yang mungkin akan membutuhkan biaya yang agak sedikit. Kalau kamu pernah berkunjung atau tinggal di Jogja, 9 tempat ini akan membawa rindumu kembali bernostalgia ke tempat ini.

1.      Alun-alun Kidul
Apabila dilihat dari segi tataletak wilayah geografisnya, Alun-alun kidul berada tepat dibelakang Keraton Yogyakarta. Yogyakarta mempunyai dua alun-alun, satu ada di depan keraton yang disebut Alun-Alun Utara (alun-alun lor), satu lagi ada di belakang yang disebut Alun-Alun Selatan (alun-alun kidul). Namun apabila dilihat dari intensitas pengunjungnya, alun-alun Kidul memiliki jumlah pengunjung yang lebih banyak dibandingkan dengan alun-alun lor, setiap harinya.
Alun-alun kidul, tempat yang dulunya dipakai untuk berlatih para prajurit kerajaan ini, sekarang telah berganti menjadi ruang publik yang sangat banyak pengunjungnya. Berbagai kalangan dan usia, tua-muda, jomblo-berpacaran, bercampur menjadi satu. Sore hari sekitar pukul 6 sore akan kamu lihat banyak anak kecil yang berlarian mengejar gelembung sabun yang tidak terhingga jumlahnya. Beranjak malam, sepeda tandem dengan berbagai lampu hias yang menutupi permukaannya akan mulai menghiasi sepanjang jalan alun-alun. Kamu dapat mengelilingi alun-alun kidul dengan menyewannya dengan mengeluarkan biaya sekitar 15.000 untuk sekali putaran. Ada yang istimewa dari alun-alun Kidul ini. Dibagian tengahnya ada 2 pohon beringin besar yang berjarak kurang lebih 10 m. Konon menurut cerita orang-orang, apabila kamu bisa melewati kedua beringin itu dengan mata tertutup, keinginanmu akan terkabul.
Satu lagi, dibagian sisi alun-alun sudah banyak pedagang yang menggelar tikar, dan mendirikan meja lesehan untuk pengunjung yang sekiranya selera untuk menyicip wedang bajigur untuk menghangatkan badan dikala suhu malam sudah mulai dingin.
Berdua bersama kamu, ditengah alun-alun kidul Jogja dengan 2 gelas wedang bajigur, romantis bukan?” :)



2.   Tugu Jogja
Tugu Jogja menjadi icon kota Jogja yang sangat terkenal. Menurut berbagai sumber yang sudah saya baca, monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta. Konon, katanya akan ada aksi dari mereka para mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di kota ini yakni “mencium” tugu ini apabila sudah lulus kuliah.
“Nahlo, tugu aja dicium masa kamu enggak :’)”

            3.    Malioboro
Surga bagi para mereka yang ingin membeli oleh-oleh, cinderamata dari Jogja. Dijamin harganya terjangkau kok :)
 (Maafkeun gambar yang tidak seberapa ini hehe :') )

4.    Titik 0 km Jogja (Jantungnya Jogja)
Titik nol km jogja merupakan titik dimana kamu bisa melihat Jogja secara utuh. Jogja yang ramai namun tetap memberi ketenangan disetiap sudutnya. Jogja yang memiliki gedung-gedung megah, tetapi tidak meninggalkan nilai kebudayaannya. Jogja yang berpendidikan dan memiliki jiwa seni tinggi, Jogja yang romantis, Jogja yang menciptakan kelu juga rindu.
 




5.    Angkringan
Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan – Joko Pinurbo


6.    Hutan Pinus Imogiri
Suasana Jogja yang tenang di pagi hari, mengikuti perjalanan kami pada hari ke dua ini ke Hutan Pinus Imogiri. Kurang lebih 2 jam perjalanan kami tempuh untuk sampai kesana. Keadaan hutan yang masih asli, kicau burung yang bertengger di bagian rantai pepohonan rindang, dan matahari yang masih bersembunyi di balik awan. Ketenangan dan keadaan yang masih benar-benar alami akan kamu temukan disini. Pohon-pohon pinus yang berdiri kokoh, tinggi dan lurus akan cocok buat kamu para pemburu foto apik yang mau disematkan di akun instagrammu. Hehehe :D



Alam selalu mengajarkan kita tentang kesederhanaan, kejujuran dan tanggungjawab.





7.    Pantai Gunung Kidul
Berlibur ke Jogja tidak sebatas Candi Prambanan, Malioboro, dan Keraton. Pantai di seputaran Gunung Kidul tidak kalah menakjubkan. Masih alami dan sedikit pengunjung. Air laut yang asin, pohon bakau di pinggiran pantai, deburan ombak yang menjadi melodi alam paling merdu, semilir angin laut yang memasuki jemari rambutmu, es kelapa muda yang memuaskan dahaga. Semua menyatu menjadi satu. Kamu tau, alam memberi apapun yang kamu butuhkan.

 






8.    Bukit Bintang
Nah kok fotonya seperti ini? Jadi begini ceritanya. Bukit Bintang masuk kedalam list tempat yang akan kita kunjungi. Seharian bermain bersama air laut dan gemuruh ombak memang benar-benar menguras tenaga dan energi. Sepulang dari perjalanan kami, Jogja di guyur hujan dan para agen tertidur dalam mimpi indahnya kota Jogja. Alhasil kita hanya bisa mendapatkan foto ini. Selamat malan Jogja, selamat malam bukit bintang.


"Happy satnight kekasih" - Riyanti,19 thn.



9.      Taman Sari
Teriknya kota Jogja saat itu tidak mengurungkan niat kami untuk menghabiskan hari terakhir kami disana. Taman sari, keindahan arsitekturnya yang kuno mengundang “rasa ingin tahu” kenapa begitu banyak lorong-lorong gelap dan misterius disini. Gemericik suara air dari kolam yang konon katanya menjadi tempat mandinya para anggota kerajaan. Bau sejarah yang masih sangat kental dan sangat mempesona.





Tiba waktunya untuk kembali ke kota perantauan. Beberapa hari yang begitu menyenangkan di Jogja menjadi mimpi indah yang sangat sulit untuk dilupakan. Kalau kata Anies Baswedan - Jogja itu kota cinta, setiap sudut kota Jogja itu romantis. Sudah pernah dinyanyiin lagu romantis sembari makan ayam penyetan di kaki lima belum? :') Kalau belum, datang ke Jogja, it will give you anything you want to.
Jogja, I totally fall in love with you. see you next vacation.

Oh iya hari ini Malang hujan, dan aku flu sementara besok adalah hari terakhir UTS. Kalau wedang bajigur di Malang ada tidak ya?

Komentar

  1. bahkan aku yg cuma berjarak setapak kaki ke jogja, baru satu kali kesana dan cuma numpang lewat. poor me

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer