Surat Cinta Untuk Basuki Thajaja Purnama Part III

            


19 April 2017
            While writing this, I think to my self that I will never forget this day. Untuk kebahagiaannya, juga untuk kesedihannya. Aku tidak akan pernah melupakan hari ini.

Dear Gubernur Jakarta yang sangat saya Kagumi, Basuki Thajaja Purnama

It has been 3 times I wrote a love letter to you Pak, and I absoluty sure this wouldn’t be the last time I do this thing. It wont stop. It would never stop.

How was your day Pak? Is it going well as always? Mine worst. Hariku sedang tidak baik. Sama seperti hujan yang membasahai kota Malang sore tadi.

Hari ini saya berada dalam kondisi paling-paling kecewanya diri saya. Hari ini saya merasa dibodohi dan dipermainkan dengan hal-hal yang sebenarnya tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan kehidupan saya. Orang Jakarta? Bukan. Ikut nyoblos ta? Bukan. Apakah Orangtua saya tinggal di Jakarta sampai saya bertingkah seolah-olah nasib mereka akan hancur di Jakarta? Bukan. FYI Orangtua saya hidup dengan bahagia, nyaman dan damai di kepingan surga yang tertanam pada Bumi Sumatera. Lah wong situ kok repot? *krik krik gabisa jawab nyinyir sepatu*

Pak Basuki, hari ini saya sangat kesal. Apa yang saya kesalkan dan mengapa saya bisa kesal saya tidak bisa menjelaskannya. Saya marah, emosi saya meluap-luap. Tetapi mengapa bisa marah dan ingin marah kepada siapa, juga saya tidak menemukan alasannnya. Pikiran saya buntu dan kacau sekali, Bapak. Saya kecewa. Tetapi saya tidak punya kuasa sama sekali. Saya sedih, untuk hal yang tidak saya tau apa penyebabnya. Saya bahkan tidak bisa berdamai dengan hati saya sendiri. Sampai pada suatu titik saya mulai merasa malu pada orang lain dan diri saya sendiri. Saya seperti tidak punya Tuhan ketika mulai memnghakimi dan menganggap hidup ini tidak adil. Saya merasa bodoh ketika apa yang hidup coba pertunjukkan, saya merasa Tuhan tidak benar-benar berada dipihak mereka yang percaya kepada-Nya.

Saya pernah membaca sebuah artikel dari seorang psikolog. Tertulis bahwa ada beberapa tahap yang akan seseorang alami ketika mereka mengalami kesedihan. Dimulai dari tidak mau percaya dan tidak terima. Kemudian  marah, dan menawar, berharap kejadian bisa berbalik menjadi seperti hal yang dia harapkan. Kecewa atas apa yang diharapkan tidak bisa terwujud, maka seseorang itu akan depresi, sampai pada akhirnya menerima (acceptance). Pada akhirnya semua orang akan berada pada fase acceptance, walau untuk beberapa orang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa berada pada posisi itu, bahkan sampai bertahun-tahun. Sikap seorang negarawan yang Pak Basuki dan Pak Djarot perlihatkan semakin mengiris hati.  Semakin dewasanya seseorang, maka akan semakin cepat ia menerima kesedihan yang dia alami. Semoga, aku, kamu dan siapapun diuar sana yang merasa kecewa secepatnya bisa berdamai dengan hatinya dan bersikap dewasa atas kejadian ini. Percayalah bahwa sesuatu akan tergantikan dengan yang lebih baik. Mungkin memang begini, memang harus begini. Ini yang rakyat Jakarta butuhkan. Ini yang Indonesia butuhkan. Mari kita saling memaafkan, dan melihat ke depan. Semoga cinta kita akan negeri ini dan masa depan-nya, jauh lebih besar dari hasrat untuk terus saling membenci dan membandingkan.

Selamat buat rakyat Jakarta yang telah memilih pemimpinnya. Syukur dan Terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang tidak bisa diintervensi oleh umatNya.  Terimakasih, bahwa atas kejadian ini saya, dan banyak orang diluar sana belajar untuk lebih bersyukur atas apa yang telah Engkau beri. Engkaulah Tuhan Yang Adil, yang menjaga keseimbangan alam. Engkaulah Tuhan yang tidak berpihak, tidak hanya menyenangkan umat pilihanNya. Engkaulah Tuhan yang memberi apa yang kami butuhkan dan bukan yang kami inginkan. Berikan keteguhan hati kepada orang yang kecewa dan kekuatan dalam pengharapan, bahwa semua akan indah pada waktunya seperti yang Engkau janjikan.

Selamat dan semangat Bekerja untuk Bapak Anies dan Bapak Sandiaga pada periode 5 tahun kedepan. Pada beberapa aspek sayapun begitu mengagumi anda, Pak Anies. Semoga Jakarta bisa menjadi kota yang lebih baik, serta ramah dan menjadi rumah yang nyaman bagi siapapun.

Last but not least, thankyou for all the good times that you’ve spent with us, Pak Basuki. Terimakasih sudah menjadi inspirasi bagi siapapun yang mengenalmu. Terimakasih sudah mengajarkan bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih baik selain berlandaskan kejujuran dan berpegang teguh pada kepercayaan akan Tuhan. Selamat mengerjakan dan menyelesaikan apa yang sudah Bapak mulai untuk beberapa bulan kedepan. Selamat datang, kembali pulang ke rumah dan menikmati sore yang indah di kota Jakarta yang lebih baik.

Jakarta don’t really deserve you.

You both did great Pak Basuki dan Pak Djarot, and I adore you so much.


Surat Cinta Untuk Basuki Thajaja Purnama Part II

Komentar

Postingan Populer