Tentang Bromo
Sudah lama, sejak terakhir sekali aku bertemu
dia. Bromo. Tiga tahun silam. Masa-masa pertama sekali jadi mahasiswa. Masih
suka kangen mama dan masakannya. Sekarang jangan ditanya, masih suka juga.
Tidak jauh berbeda. Tanahnya yang berpasir. Suhunya
yang dingin namun menyejukkan. Dan manusianya yang ramah. Cocok untuk melepas
penat ketika di semester akhir dibebani tanggungjawab yang amat berat.
Kata mama, jangan main ke Gunung. “Tidak terlalu
baik untuk kesehatanmu”, katanya. Kujawab, “Aku kuat ma. Seperti Dilan”. Mama
tertawa. Sebab dia tidak tau siapa Dilan. Kemudian dia mengijinkan. Sebab
kujawab ini hanya Bromo. Dia ramah dan baik padaku. Jadi aku tidak akan
kenapa-kenapa. Sebab dia hanya, Bromo.
Bromo. Dulu aku meninggalkan kenangan baik
padamu. Tentang mimpi. Bahagia. Rencana, dan persahabatan. Dan sekarang aku
meninggalkanmu lagi.Semoga kembali, dengan membawa kabar yang tak kalah
membahagiakan. Semoga..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Malang,
28 April 2018.
Di meja belajar. Depan laptop. Lagi membuka folder tentang
Bromo. Meninggalkan sebentar bab 4 skripsi.
Bukan,
bukan sebentar. Mungkin lama. Sampai besok pagi..
Komentar
Posting Komentar