RESIGN


First day work


Dulu aku bekerja kurang lebih 3 tahun di salah satu perusahaan pembiayaan (Finance) swasta di Indonesia. Ini merupakan pekerjaan pertamaku sejak lulus kuliah di tahun 2018. Hanya spare waktu 2 bulan dari selesai sidang skripsi, dan Puji Tuhan keterima kerja.


Apakah bekerja adalah impianku setelah lulus kuliah?

Jawabannya adalah “tidak”. Pada saat itu (mungkin) aku yang terlalu idealis ini berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Sudah merencanakan semuanya, melengkapi berkas administrasi dan sudah sempat mendaftar untuk seleksi. Kemudian, setelah sharing dengan orangtua, khususnya bapak, beliau memintaku untuk bekerja dulu sebelum kuliah lagi. Pada saat itu ada banyak sekali pertimbangan apakah aku akan melanjut kuliah lagi atau bekerja dulu, karena impianku dari awal adalah melanjutkan kuliah dan menjadi dosen. Percaya atau tidak, aku dulu bercita-cita menjadi seorang dosen.


Akhirnya aku memilih untuk bekerja dulu.

Pertimbangannya adalah, aku butuh pengalaman kerja. Itu saja. Aku merasa ketika aku bekerja aku akan mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman diluar akademik, yang nantinya pasti akan berguna.


Bagaimana masalah gaji?

Well.. Mungkin pendapatku ini cukup berbeda. Aku tidak memiliki ekspektasi apapun untuk nominal gaji yang akan kuterima. Karena ini adalah pekerjaan pertamaku, jadi aku tidak berharap lebih (asal masih sesuai dengan peraturan Kemenaker ciatt). Tetapi mungkin ini juga salah, (karena kita harus paham dengan value dan kemampuan diri kita sendiri) jadi jangan ditiru ya. 


Yang membuatku cukup kewalahan diawal adalah pekerjaanku ini berbeda jauh dengan background pendidikanku. Aku mengikuti program Managment Trainee di bidang Generalist yang mengharuskanku untuk mempelajari proses bisnis dari hulu ke hilir kurang lebih selama 3 bulan. Aku merasa sangat tertantang. Aku tidak pernah se-semangat ini dalam belajar. Mungkin karena bidang baru, dan aku tertarik. Ketertarikan ini membuatku cukup all out dalam bekerja. Sampai teman-temanku sering memanggilku dengan sebutan “karyawan ambis”. 


Usaha tidak pernah menghianati hasil, begitu kata orang-orang. Ambisiku dalam bekerja berbuah manis. Selain mendapatkan ilmu, dan pengembangan softkills, salary yang kudapat benar-benar melampaui dari ekspektasiku. Pada saat itu aku bisa hidup dengan cukup, menabung, kebetulan tidak ada cicilan dan memberi sedikit kepada keluarga. 


Dibalik salary yang manis ada tekanan kerja yang tragis. *canda*

Tapi memang benar. Karena terlalu sibuk bekerja aku sampai lupa sebenarnya apa yang diriku sendiri butuhkan. Bekerja dari senin sampai sabtu, dan terkadang minggu. Bisa dihitung jari aku pulang tepat waktu, biasanya kebablasan sampai jam 8 malam. Awalnya aku sangat menikmati kesibukanku ini dalam bekerja. Hingga akhirnya aku sadar aku tidak memiliki pertemanan diluar pekerjaan. Ketika dayoff aku tidak pergi kemana-mana, karena memang tidak ada tempat yang kutuju selain kantor. 


Rutinitas ini akhirnya membawaku ketitik jenuh.

Belum lagi di awal tahun 2020 angka Covid-19 sedang naik-naiknya. Semua proses bisnis, dari kalangan apapun mengalami gangguan. PHK massal, sampai ada Bank swasta yang gulung tikar. Dimasa ini, aku merasa benar-benar sudah tidak bisa membendung lagi pressure kerja yang kudapatkan. I never say this before, namun aku muak. Rasanya pengen resign secepatnya. Namun selalu disadarkan akan keadaan dan keterikatan kontrak kerja, yang membuat emosiku meredam lagi.


Please dont do this

Jangan katakan dan lakukan hal yang menyakitkan ketika sedang tertekan dan marah. Percaya deh, keputusan yang kamu pilih ketika sedang tertekan akan berbalik merugikanmu suatu saat nanti.


Day passes, namun aku masih sering mengalami emosi yang naik turun. Bahkan lebih parah. Selesai graduation akhirnya aku bebas menentukan pilihan. Karena mengikuti program Managment Trainee pekerjaan ini mengharuskanku mengikuti kontrak kerja selama 2 tahun 6 bulan sampai lulus ikatan dinas. Itu artinya aku tidak bisa resign dalam rentang waktu tersebut atau aku harus membayar denda senilai 75jt jika menciderai janji. At least this was written in the paper.


Tekad ku untuk resign sudah bulat, namun tidak kunjung berani submit permohonan resign. Selain karena masih diminta atasan untuk tinggal, aku masih belum punya backup plan. Belum ada pekerjaan cadangan, and I dont wanna to be jobless. Yes. Tabunganku masih cukup untuk membiayai diriku sendiri untuk 6 bulan lebih tanpa bekerja, but still, aku tidak mau menjadi pengangguran.


CPNS 2021

Akhirnya ibuku memintaku untuk mengikuti ujian CPNS pada bulan Juli tahun lalu. Sejujurnya, pekerjaan ini tidak pernah terlintas dibenakku, bahkan memikirkannyapun tidak. Tapi ibuku mengharapkan salah seorang anaknya untuk menjadi Pegawai Negri. Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, beban ini dihibahkan kepadaku.


Long story short, akupun resign. September 2021. Pada saat itu pengumuman berkas administrasi pendaftaran CPNS sudah keluar, dan kebetulan aku lolos. Praise the Lord.


Loh memangnya sudah ada backup plan?


The answer is no. 

Aku memutuskan untuk resign dengan sangat berani, dan tidak ada bakcup plan.

Khawatir? Tentu saja.

Aku hanya bermodalkan niat yang serius untuk bisa lolos seleksi CPNS. Hal ini benar-benar membuatku merasa tertantang. Aku belajar hampir setiap hari. Mengerjakan 2 jenis tryout setiap hari nya. Kebetulan formasi yang diambil hanya 2 orang dari 375 pelamar. Peluangku lulus sangat kecil. Aku tau akan sangat beresiko, but I already jump. So I can not quit.


Oktober 2021 aku mengikuti seleksi tahap pertama yaitu kemampuan dasar. Skornya cukup memuaskan, dan tertinggi nomor 2 dari semua pelamar. Posisi nomor 2 membawaku maju ke tahap seleksi berikutnya yakni kemampuan bidang. Akhir November 2021 aku mengikuti tes kembali, dan tetap berada di nomor 2. I think 2 is my lucky number.


So I passed the testfinally. Puji Tuhan. Another dream that I didnt see it coming.





I didnt say I’m smart, but I am quite lucky. Aku rasa aku sangat beruntung bisa lolos dari seleksi CPNS tahun kemarin. I mean without any backup plan.


Namun justru ketiadaan backup plan ini yang membuatku cukup serius mengikuti seleksi ini. No, I dont want you to be like me. Perlu diingat, keputusanku inipun tidak bijak. Aku memutuskan untuk resign besar pengaruhnya hanya karena emosi sesaat. Karena dibulan pertama aku resign, aku cukup stress. Transisi dari bekerja ke masa pengangguran cukup menyiksa, trust me. Orang yang terbiasa bekerja, akan sangat tersiksa bila tiba-tiba menjadi pengangguran. 


Resign-lah, ketika kamu sudah siap dan memiliki rencana kuat kedepannya. Ketika kamu cukup secara finansial untuk beberapa saat sampai ada pekerjaan berikutnya. Jangan pernah mengikuti ego, karena itu hanya sesaat. Pelajari resikonya, karena sekecil apapun hal yang kamu lakukan pasti ada resikonya. And dont be like me, karena sangat beresiko. Be better than me.


This is the end of the story.

Untuk kamu yang membaca ini, if you are in the middle of your life crisis, please be calm. You know what to do, and you are so strong all these time. 

It will pass. This all too shall pass.

Komentar

Postingan Populer