14 Desember 2015
Keluargaku adalah keluarga yang memberi nilai
tinggi pada pendidikan. Dari skala 1-10 orang yang berpendidikan akan mendapat
nilai 9 untuk itu. Ibuku adalah seorang guru, kakek dan nenek (Orangtua dari
Ayahku) adalah guru dan seorang kepala sekolah. Sejak kecil sudah ditanamkan
bahwa pendidikan adalah salah satu hal penting dalam hidup. Tetapi satu hal
yang selalu orangtuaku katakan padaku “Kamu
boleh sekolah sampai kemanapun, ke ujung timur Indonesia, bahkan ke sorbone
Paris-Prancis, tapi ingat kamu harus tau kemana kamu harus kembali pulang”
Lahir dan tumbuh besar di desa tentu memberi
sedikit perbedaan dengan mereka yang sudah lama tinggal di Kota. Bagi kami,
sekolah itu sudah menjadi rumah kedua. Pelajaran di sekolah tidak melulu
mengenai jumlah kuadrat sisi tegak lurus adalah kuadrat sisi miringnya
(Phytagoras), atau setiap perpindahan
dipengaruhi gaya dan jarak, tidak , pendidikan tidak melulu membicarakan
hal itu. Kita belajar dari alam, kita melihat secara langsung bagaimana
simbiosis mutualisme antara kerbau dan burung pemakan kutu terjadi, kita juga
melihat bagaimana perkembangan embrio kecil dibalik cangkang telur, berkembang
menjadi besar, berbulu, memiliki sayap, dan berkokok setiap pagi untuk
membangunimu. Kita juga tahu bagaimana pengikisan tanah yang terjadi secara
perlahan oleh gemuruh ombak pemecah pantai. Dan ketika kamu terdiam dalam
keheningan, danau akan memantulkan cahaya bulan pada malam hari. Kamu tau, alam
menyediakan segalanya yang kamu butuhkan. Bahkan untuk belajar.
Ketika saya menduduki bangku sekolah dasar yang
notabene nya adalah “sekolah kampung” (Samosir, Danau Toba, SUMUT) kerap sekali
pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhambat. Saya mengharapkan
kedepannya, bantuan-bantuan seperti ini akan lebih diperhatikan lagi. Pada
tahun 2006 silam, tragedy Tsunami di Aceh berdampak sangat keras juga bagi
kami. Gempa yang kurang lebih berkekuatan 7 SR, itu merusak dan menghancurkan
setengah gedung dari sekolahku. Kala itu sekolah diliburkan untuk beberapa
pekan, karena ruangan kelas memang sangat sulit di temukan. Kewalahan ketika
harus menyeimbangkan antara jumlah siswa yang banyak dengan dengan ruangan
kelas yang terbatas. Kita belajar di lapangan luas, beratapkan awan dan
berlatarkan gedung sekolah yang hancur. Tetapi sekarang bangunan itu sudah
berdiri kokoh dan tinggi. Bagus dan sangat megah. I really thankfull for this.
Akhir kata, sebagai semboyan orang batak yang
terdapat dalam bentuk Rumah Adat, Rumah Bolon, dimana bagian atap belakang
lebih tinggi dibandingkan atap depan mengartikan bahwa pendidikan anak harus
lebih tinggi dari pendidikan orangtuanya. So
you really know how it works, right?
Komentar
Posting Komentar