Menjadi Hidup.
When I was a child, my father ever told to me "You'll gonna be a doctor". Hampir setiap hari kulalui saat aku masih menduduki sekolah dasar "kamu akan menjadi dokter, dokter kebanggan papa". Tak luput dia akan membahasnya ketika semua orang sedang duduk dan berkumpul di ruang keluarga "dia, anak perempuanku satu-satunya, akan kusekolahkan dia menjadi dokter". Dan ketika dia mengatakan itu kepada orang lain, satu harapan dalam diriku akan timbul, dan berkembang semakin besar.
Asma, penyakit bawaan sejak lahir. Berhasil membuatku menginap di rumah sakit dengan tabung oksigen dan sebuah jarum suntik mendarat pada urat nadi tangan kiriku untuk beberapa kali. Pergantian cuaca, hujan dan dingin mengundang penyakit ini untuk kambuh. Pernah sekali ketika aku masih menduduki kelas 3 SD, penyakit ini mengharuskanku menginap di rumah sakit untuk pertama kalinya. Kalau saja kamu bisa merasakannya, its really killing me inside. Its like there no oxygen in the air anymore, and you just cant take it freely. Or its like something or someone close your nose, and you cant breathe. atau seperti seseorang meremas paru-paru mu, atau hmm aku hanya tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk memberitahumu bagaimana menyakitkannya ketika penyakit ini sedang kambuh. "Bibirnya sudah kelihatan sangat hitam, berikan oksigen, dokter tolong!" teriak ibuku ketika kami memasuki rumah sakit. Dia menangis seolah-olah saya akan meninggal saat itu juga. Padahal dengan 15 menit waktu inhalasi, semuanya akan kembali seperti biasa tetapi akan membuat tenggorokannku penuh dengan dahak. Saya harus menyemprotkan sesuatu kedalam mulut, mendiamkannya beberapa detik dan kemudian menelannya. Orang-orang menyebutnya inheler. Saya harus melakukan dua kali sehari, tepat sebelum tidur dan ketika terbangun esok paginya. Atau ketika memang benar-benar membutuhkannya, misalnya ketika penyakit ini muncul tiba-tiba. Ketika malam mulai tiba, dan suhu akan menurun secara perlahan, ini akan membuatku sulit bernafas dan disertai batuk. Ibuku akan memeriksaku setiap malam, memastikan bahwa saya memang dalam keadaan baik-baik saja. Beliau akan mengoleskan minyak penghangat disekujur badanku, sekali lagi, memastikanku tetap dalam keadaan hangat. Berbagai usaha sudah dilakukan, dalam usaha untuk menyembuhkan. Mulai dari obat tradisional sampai kedokteran. Ketika saya bertumbuh semakin besar, penyakit ini pun sembuh secara perlahan. Bukan sembuh total, tetapi akan tetap muncul secara tiba-tiba. Penyakit ini membuatku bercita-cita menjadi seorang dokter. Kamu tau, saya selalu mengucapkan banyak terimakasih dan mendoakan ketika dokter membuatku sembuh atau dengan bahasa sederhananya dia mampu membukakan sesuatu yang menutup hidungku atau melepaskan sesuatu yang menekan paru-paruku. Seperti malaikat perpanjangan tangan Tuhan, dia akan tersenyum dan mengusap kepalamu "kamu akan sembuh, ini tidak menyakitkan sama sekali".
Ketika memasuki Sekolah Menengah Pertama, saya mulai mencari informasi tentang How to be a doctor. Pelajaran apa saja yang harus saya kuasai dan universitas apa saja yang menyediakan jurusan terbaik dari bidang ini. Jalan tak selalu mulus, right? Memasuki SMA saya mulai ragu akankah saya mampu memenuhi apa yang Ayah saya ceritakan ke orang-orang, apa yang Orangtuaku cita-citakan, dan apa yang aku mau. Because its not as easy as it looks anymore. Saya sudah belajar, dan meluangkan waktu saya untuk ini. Sampai terkadang lupa untuk makan dan jatuh sakit.Beberapa bulan menjelang ujian bersama memasuki perguruan tinggi, dan sudah mulai mengikuti ujiian simulasi, bahkan saya tidak sama sekali mencantumkan kedokteran dalam 3 pilihan jurusan yang disediakan. Hingga mengikuti ujian dan pengumuman hasil ujianpun keluar. Saya lolos memasuki salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di Jawa Timur, Malang (yang tentangnya akan saya ceritakan di pos-an berikutnya). Saya diterima di Jurusan Pertanian. Okey, honestly saya tidak mengetahui sama sekali kenapa saya memilih ini dan membuatnya di daftar pilihan saya. Ini sangat tidak masuk akal. Berulang kali memaki diri dan menangis. Can I turn back the time? I promise, aku akan belajar lebih baik dari sebelumnya. Benar saya memang terkadang tidak serius dalam belajar, fine! Sebenarnya itu masih bisa di tolerir, tetapi kenapa harus di jurusan ini?! Jurusan ini bahkan tidak belajar setitik pun tentang manusia, atau tidak membicarakan jarum suntik, atau bahkan jurusan ini tidak membahas apapun zat yang ada dalam inheler, yang bisa membuatku bisa sembuh dari penyakitku.
Sudah cukup mengutuki diri, mengeluh dan berharap waktu dapat terulang kembali akan membuang waktuku dalam belajar. Kulalui 1 semester pertama dalam perkuliahanku dengan terpaksa. Bukan terpaksa tetapi dengan setengah hati. I'm not belong here. Semuanya terasa "mengambang". Seperti segempul debu yang akan hilang ketika angin mulai memasuki celahnya. Saya benar-benar merasa gagal. Tujuh hari dalam seminggu rasanya sangat membosankan, dan melalui aktivitas yang sama untuk setiap harinya. Hingga suatu saat aku benar-benar membenamkan diriku dalam doa khusus bersama Tuhan. Dalam doaku aku menitipkan sebuah perkataan yang benar-benar bodoh, "Tuhan, Kau akan memberikan apa yang saya butuhkan dan bukan apa yang saya mau. Tetapi jika ini benar-benar menjadi hal yang benar-benar saya butuhkan, kenapa saya merasa tidak seharusnya ada disini. Tidak sekarang, berikan petunuk ketika aku sudah dibatas ambang menyerahku."
Awalnya semua masih berjalan seperti biasa. Hingga aku mengikuti sebuah mata kuliah yang membuatku untuk menanam suatu komoditas tanaman pangan, dan menunggunya hingga berbuah. untuk melengkapi nilai praktikum dari bidang akademik fakultas. Awalnya yah ini benar-benar melelahkan, ilmu yang kamu dapat dari kuliah tidak segampang apa yang dikatakan dosen. Kamu harus mengolah tanah, pada prinsipnya kamu harus menyediakan keadaan tanah yang baik untuk benih yang akan kamu tanam agar menghasilkan produksi yang lebih unggul dan quantitas yang besar. Tidak lupa kamu juga harus mengaplikasikan pupuk yang sesuai takaran agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Saya merasa akan bisa dalam bidang ini. Yang benar saja, Ibuku sangat baik dalam menumbuhkan bunga di pekarangan rumahku dan semuanya tumbuh dengan cantik dan bunganya bermekaran pada waktunya. Dan untuk kedua kalinyanya, everything not as easy as it looks. Pada minggu ke 3 setelah penanaman, tanamanku terserang penyakit yang membuat daunnya tampak menguning dan kelihatan kerdil. Membandingkan dengan literatur yang ada, tercantum disana bahwa ini disebabkan oleh kekurangan dalam perawatan dan kurang dalam pemberian air. Namun disana juga dicantumkan bahwa bisa saja gejala ini disebabkan oleh virus atau cendawan yang mungkin saja menyerang tanaman. Tanamanku terlambat dalam proses pembungaan, Maksuku seperti ini, berdsarkan perhitungan waktu tanam, harusnya tanamanku sudah mulai berbunga atau bahkan bakal buah sudah mulai muncul. Kita melakukan lagi pengolahan tanah yang baik, setiap minggunya kita bersihkan tanaman ini dari gulma, kita beri air secukupnya dan pupuk yang dianjurkan. Saya benar-benar tidak mau gagal lagi dalam hal ini. Percaya atau tidak, malamnya aku kembali meninggalkan sebuah bait khusus dalam akhir doaku."Tuhan, aku harus bisa panen minggu depan".
Minggu ke tujuh, memasuki lokasi praktikum lapang, aku memeriksa tanamanku dan yang kudapat adalah buah yang besar dan sangat banyak. Bisa membayangkan, dari benih yang sangat kecil dan kamu hanya memasukkannya kedalam tanah, kamu tidak tau proses apa yang bisa membuat benih itu tumbuh besar, berbatang yang tinggi, memiliki daun yang sangat banyak, berbuah, dan ketika kamu memakannya akan meninggalkan rasa yang enak di lidah. Pernah membayangkan rumitnya proses fotosintesis yang terjadi di daun? Bagaimana mungkin benih yang sangat kecil bisa menghasilkan buah yang sangat besar seperti semangka. Kamu juga harus mengetahui kandungan apa saja yang ada dalam tanaman itu. Kenapa harus dibudidayakan? Mengandung apa saja? Menyehatkan kah atau tidak. Satu hal yang kudapat dari sini. Dulu ketika aku merasakan sakit pada paru-paruku, aku hanya berkata kepada dokter, "sesuatu membuatku sulit bernafas, aku tidak bisa berbicara, sangat sakit, sesak, paru-paruku tertekan, Bisakah anda menyembuhkannya?" dia akan melakukan segala sesuatunya dan seketika semua akan sembuh. Dan untuk ini, kalau saja aku tidak menaruh perhatian penuh pada apa yang kukerjakan, mungkin saja aku akan gagal dan tanamanku akan mati terserang virus, and for the really holy shit aku akan gagal panen, dan aku akan sangat malu wkwkw
demi apapun kau harus katakan rahasiamu bahagia padaku! karena demi cinta yang kupunya dan khpendam sejak sangat lama, aku masih tersiksa disini :"
BalasHapusHahaha Demi Tuhan hidup ini indah, jangan membuang waktu untuk hal yang membuatmu sedih.
Hapusmasih dengan demi apapun aku tak paham maksudmu, should i stay or left?
HapusGod give what you need not what you want! and if you want to left, please, It means you are a looser.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus