Menjadi Pengguna Media Sosial yang Baik
Berada
pada jaman dimana teknologi dan inovasinya sedang dalam skala perkembangannya
yang sangat pesat. Berbagai penemuan-penemuan diupayakan untuk membantu manusia
dalam melakukan berbagai aktivitas dalam hidupnya. Salah satunya adalah internet. Ruang dan waktu bukan lagi
menjadi halangan. Bisa menjangkau dari berbagai belahan dunia manapun.
Menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Sekarang apalagi yang tidak
ada hubungannya dengan internet? Belanja? Sudah bukan hal yang asing lagi. Ada Tokopedia,
Lazada, BukaLapak dan teman-temannya yang dapat melakukannya.
Tranksaksinya bisa menggunakan E-banking. Makanan, pakaian, perabotan,
semua sudah serba instan. Hampir menjadi manja, hampir terbuai dengan
perkembangan kemajuan teknologi. Hampir menjadi malas di dunia yang serba maya dan instant ini. Yang memudahkan
kita untuk melakukan apapun. Membuka peluang, menciptakan persaingan dan
memberi pola pikir baru.
Selain
itu, ada sosial media yang mampu
menghubungkan kita dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun. Entah itu teman lintas
negara, pacar, orangtua nan Jauh di Mato, artis, penulis kebanggan, Gubernur atau
bahkan Presiden. Kamu bisa dengan mudah untuk melakukan interaksi dengan mereka
yang pada kehidupan nyata, kesempatan seperti itu amat sulit untuk dilakukan.
Namun terkadang, beberapa hal menjadi hilang. Terkadang kita menjadi tidak bisa
menggunakan sosial media dengan baik dan bijak.
Berdasarkan
data dan observasi kecil-kecilan yang saya lakukan di Internet, Indonesia
adalah negara dengan pengguna media sosial Facebook teraktif ke 4 dunia. Menurut
dailysosial.id pada tahun 2014 Indonesia memimpin persentase pengguna media sosial
untuk Facebook, Twitter, dan Google+ terbesar. Disebutkan bahwa 96% pengguna
Internet di Indonesia memiliki akun Facebook, 84% memiliki akun Twitter, dan
83% memiliki akun Google+. Tidak ada negara lain di dunia yang sedominan
Indonesia untuk hal persentase kepemilikan akun media sosial terhadap jumlah
pengguna Internet.
Bagaimana
dengan Instagram?
Instagram
adalah salah satu media sosial yang sedang marak-maraknya digunakan di Indonesia
saat ini. Selain sebagai media sosial, Instagram sekarang sudah merambah ke
dunia bisnis. Tak jarang, banyak penggunanya menggunakan Instagram sebagai
media untuk memasarkan berbagai produk yang diperjualbelikan. See? Itu peluang yang kumaksud.
Total pengguna Instagram di dunia
mencapi 800jt pada January 2018 atau sekitar 8,..% dari total penduduk bumi. Dari 10 Negara pengguna sosial media Instagram
terbanyak, Indonesia berada di urutan ke 3 dengan jumlah total pengguna sekitar
53juta jiwa (dan aku adalah salah satu diantaranya). Data ini saya dapat dari wearesosial.net dan hootsuite.
Perasaan
campur aduk melihat hasil dari berbagai platform yang melakukan survey ini.
Alasan yang pertama adalah, bangga. Bangga karena ternyata sudah banyak
penduduk di bumi pertiwi ini yang sadar akan teknologi. Dan yang kedua adalah,
sedih. Sedih karena masih banyak juga (bahkan lebih banyak) netter yang masih belum menggunakan
sosial medianya dengan baik dan bijak.
Kenapa?
Tidak
jarang kok. Mungkin tidak hanya aku saja, teman-teman juga pasti pernah
menemukan atau melihatnya. Contoh yang paling konkrit sebut saja dengan istilah
haters atau bila diterjemahkan kedalam
Bahasa Indonesia, kata ini memiliki arti sebagai pembenci. Pekerjaan yang
sangat berat, menurut saya. Dikala kita sedang sibuk-sibuknya “menyukai” sesuatu,
mereka malah memilih jalan lain. Terkadang
suka geram, dan berpikir “mengapa mereka tidak menghabiskan waktunya melakukan
sesuatu yang lebih bermanfaat?” misalnya, ….. mencuci baju.. ??? oke skip.
Kasus pertama. Si A mengunggah
sebuah foto dalam sosial medianya. Sebut saja, foto yang dia unggah adalah
moment liburannya bersama keluarga, atau kekasihnya ke Paris. (yailah gue juga
pengen) Banyak sekali komentar dalam postingan tersebut. Beberapa dari mereka mengeluarkan
pernyataan yang menekan atau juga menyalahkan si empunya sosial media. Whatever they said, their words just too bad.
Padahal, bisa jadi mereka tidak saling kenal.
Kemudian beberapa hari yang lalu,
salah seorang temanku bertanya “Kamu suka gaksih sama si X?” dia menyebutkan
salah satu nama selebgram (Selebrgam
adalah orang yang terkenal, di sosial media Instagram dan dianggap hebat oleh
para pengikutnya karena membagikan sesuatu yang “menarik” tentang gaya hidup,
kecantikan, pengetahuan, fashion atau apapun melalui postingannya). Kemudian kujawab
dengan kalimat “Biasa aja. Suka enggak, tidak suka juga enggak. Kenapa?”. Dan dia
menjawab “aku tidak menyukainya, dia sombong”. Bad one. But, who am I to judge?. “How can you hate someone, you don’t even know?” I screamed loudly, in my head. Di satu
sisi aku menghargai pendapat seseorang tentang “ketidak-sukaanya” terhadap
sesuatu. Hanya saja, aku menyayangkan sebuah keputusan seperti itu.
Jadilah pengguna sosial media yang
bijak. Yang melihat peluang baik, dan memanfaatkannya dengan baik. Bagikanlah
sesuatu yang bermanfaat dan positif. Jika tidak sependapat, utarakan opini
dengan cara yang baik pula dan (tentu) masuk akal. Tekadkan diri untuk tidak
menyakiti orang lain. Kamu mungkin berpikir bahwa yang kamu ucapkan itu adalah
hal yang biasa aja, but it may hurt them.
Tolong jangan merasa baik-baik saja ketika kamu menyakiti seseorang. That’s really not good. Maybe you can make a
meeting with a psychiatris. There something wrong with your soul. Banyak
orang pintar dan orang bijak yang akan kamu temui di dunia maya yang sangat
luas ini. Manfaatkan peluang seperti itu untuk membuka wawasan dan pola
pikirmu.
Fyi, aku bukan pihak yang
menyalahkan atau bahkan mendukung. Aku hanya berusaha menyampaikan pendapat
disini. Jadi, tolong aku hanya remah coco
crunch yang terpisah dari kawanannya. Aku tidak membuka fanbase untuk para
haters.
P.s : I really cant tolerate this bastard.
![]() |
go to hell, Sadeva. |
Komentar
Posting Komentar