Yohana.

Malang, 24 Mei 2018.


                Untuk siapapun yang membaca ini, sebelumnya aku mengucapkan terimakasih.
Aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang. Namanya, Yohana Esterlita Lumbantobing. Mungkin ini akan terlihat seperti curahan hati yang sangat panjang. But, whatever..




                Yohana adalah salah satu dari sekian banyak orang baik yang kutemui di Malang. Dan dia adalah salah satu dari yang terbaik. Perempuan berkacamata yang sangat menyukai matematika, Hansen Fendi Agus (pardon if I was wrong writing his name) dan webtoon. Kami pertama sekali bertemu pada bulan September 2014. Kurang lebih 4 tahun lalu. Saat itu kami masih sama-sama menyandang status sebagai mahasiswa baru. Kami dipertemukan di sebuah kamar kostan putri berukuran 4x5 m di kota Malang dan menjadi teman sekamar sampai sekarang, hari ini. Besok kami tidak lagi menjadi teman sekamar, sebab dia akan meninggalkan kota Malang. Hal itu mulai membuatku merasa sedikit kehilangan, dan sedih. Tapi aku tidak ingin dia mengetahui kalau aku sedang sedih. Karena dia akan menertawakanku.
               
Yohana adalah orang yang sangat keras kepala yang pernah kutemui. Itu mengapa kami memanggilnya dengan sebutan “Batu Salak”. Sebab kepalanya keras seperti biji Buah Salak. Aku tau sebenarnya itu tidak nyambung. Tapi Analogikan saja kalau biji buah Salak adalah hal yang paling keras dan susah untuk dipecahkan di dunia ini. Hehehe.

Dia adalah tipe orang yang susah menerima pendapat orang lain, dan menganggap bahwa pendapatnya adalah yang paling benar. Ya memang sesekali benar. Tapi keseringannya tidak. *wkwkwk* Suaranya akan meninggi ketika mengutarakan pendapatnya. Seolah-olah lawan bicara akan takut dengan nada suara kuat dan keras seperti yang dia lafalkan. Padahal tidak. *bercanda.. *enggak deng

Dia tidak tahan begadang. Maksudku, dia tidak bisa menahan kantuk sedikitpun. Bawaannya akan langsung tertidur. Sering sekali dia tidur bersama dengan HP ditangan kanannya, dan webtoon. Aku sering memarahinya tentang kebiasaannya yang seperti itu. Tentang membiarkan laptop hidup sampai pagi, cucian yang menumpuk, terlalu sering tidur, kamar yang kotor, suara yang terlalu kuat, malas, dan masih banyak lagi. Mungkin dalam pikirannya aku sudah seperti ibu tiri. Tidak masalah. Itukan untuk kebaikannya *membela diri

Katanya, dia juga susah untuk berkomunikasi secara formal dengan orang lain. Katanya dia canggung. Atau dia takut kosakata yang dia gunakan itu salah. Dia tidak berani berbicara dengan Costumer Service via telepon. Katanya dia tidak tau mau mengucapkan apa. Dia malu untuk berbicara dengan seseorang yang bahkan tidak kelihatan. Maka kerap sekali dia minta tolong kepadaku untuk melakukannya. Terkadang kutolak. Kataku aku ingin dia belajar untuk hal itu. Tetapi tidak tega juga.

Dia memang keras kepala.
Tapi dia juga pendengar yang baik bila aku sedang butuh teman untuk cerita. Perhatian dan pengertian. Pemaaf, dan selalu ceria. Selama kurang lebih 4 tahun tinggal bersama, aku hampir tidak pernah melihatnya menangis. Iya, pernah. Tapi bisa dihitung dengan jari. Tidak akan seimbang bila dibandingkan denganku yang sangat cengeng. Dia sangat sayang dengan keluarganya. Dia memiliki mimpi yang besar terhadap keluarganya, yang bahkan harapan seperti itu tidak pernah terlintas dalam benakku. Aku yang ingin meningkatkan kualitas diriku sendiri, berbeda dengan Yohana ingin membanggakan nama keluarganya. Terkadang aku suka mengucapkan terimakasih kepada ibunya, dalam hati. Terimakasih karena sudah melahirkan Yohana.

Mungkin aku terlihat tidak terlalu baik selama ini untuknya. Aku suka memarahinya, untuk hal apapun. Tetapi itu semua jujur. Tidak ada maksud buruk sedikitpun. Semua agar dia bisa memilih langkah yang baik untuk rencana hidup dan masa depannya. Aku bersyukur untuk semua kebaikan dan pelajaran hidup yang kudapat darinya. Semoga masih ada umur yang panjang, untuk pertemuan baru dalam kondisi yang baik dan membahagiakan.

I’ll miss you, Yo. Semoga ketika kita bertemu lagi, w sudah S2 yang banyak duit dan u pimpinan perusahaan yang banyak duitnya juga. Tapi tetap makannya di, D’Cost dengan semboyan "Rasa bintang Lima, harga kaki Lima" dong pasti. Wkekek.

Ini foto untuk mengingatkan betapa berantakannya dirimu. Hahahah.


Komentar

Postingan Populer