Jadi Sarjana.


Kurang lebih tiga tahun lalu aku pernah menulis sebuah tulisan yang berjudul Jika Istrimu adalah seorang Sarjana Pertanian. Tulisan itu terbentuk ketika jam istirahat dan sedang menunggu untuk pergantian kelas di kuliah semester 3. Saat itu aku membagikannya di 3 platform, yang tidak kusangka respon dari pembaca sebegitu positifnya.

Aku yang belum bisa menerima dan masih sangat galau karena tidak lolos ke 'apapun yang kuanggap menjadi cita-cita-ku' pada saat itu, menjadi merasa termotivasi seketika. Tulisan ini ada sebenarnya sebagai bentuk pemberontakanku terhadap keadaan dan apapun. Pada saat itu,  aku memang sedang membutuhkan dukungan untuk hal yang sedang kujalani. Ketika aku merasa tertekan dan tidak mampu berdamai dengan apapun.

Namun perlahan waktu mulai menjawab semua keraguan. Memberi petunjuk dan kepastian tentang apa yang sebenarnya kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Yang awalnya mengabaikan diri sendiri, menjadi sangat bangga dengan semua yang dicapai dan akan dikerjakan.

Tiga tahun berlalu sejak tulisan itu terbentuk, kemarin aku sudah melaksanakan sidang kelulusan untuk sarjana. Kalau mau bertanya prosesnya se-struggle apa, kalau jawabanku sih benar-benar struggle. Hehehe. Banyak sekali drama dan kejadian-kejadian yang membuatku harus menitikan air mata karena sudah melewatinya. Bilang saja ini lebay, tidak apa-apa. Karena penilaian akan kelebay-an adalah subjektif. Dan selama itu baik dan tidak jahat, tidaklah masalah :D

"Ma, putri bungsumu sudah sarjana" begitu ucapku pada mama ketika sidang selesai. Bahagia. Sangat bahagia, tidak bisa diwakilkan dengan kata-kata. Menyadari bahwa 3 tahun 10 bulan ini ternyata tidak berakhir dengan sia-sia.

Kuakui, 4 semester pertama dalam perkuliahan kulalui dengan niat yang setengah-setengah, seperti tidak 'ikhlas'. Malas kuliah, malas membaca, malas melakukan apapun yang berhubungan dengan kuliah. Maunya di kost aja, maunya main-main aja atau mengerjakan apapun yang tidak berhubungan dengan kuliah.

Pengen keluar, berusaha untuk menggapai sesuatu yang diimpikan sejak lama. Namun selalu saja gagal, tidak dilancarkan, atau mungkin tidak dikehendaki. Tetapi rencana Tuhan tidak pernah buruk. Semua akan dijadikannya baik.

Menjadi sarjana sebenarnya membuatku berpikir bahwa aku belum pantas untuk menyandang gelar ini. Rasanya terlalu berat untuk mengahadapi dunia yang sebenarnya. Belum siap, belum berkompeten atau belum terkualifikasi dengan baik misalnya. Tetapi beberapa hal membuatku tersadar. Bahwa menjadi sarjana akan mendekatkanku pada mimpi-mimpi lain yang belum tercapai. Sejenak bernostalgia dengan tulisan yang sudah berumur 3 tahun itu.

Buat siapapun yang masih belum berdamai, atau sedang tidak terima dengan apa yang sedang dikerjakan sekarang, percayalah. Jalan dan rencana Tuhan tidak pernah tertebak. Jangan pernah meragukan diri sendiri untuk hal apapun. Sekalipun jangan.

Dan,

Aku ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk siapapun yang memberi doa yang tiada henti dan dukungan yang begitu berarti kepadaku selama ini, yang orang-orangnya tidak bisa kusebut satu-persatu. Terimakasih. Semoga Kasih dan penyertaan Tuhan yang membalas kebaikan kalian semua dimanapun kalian berada :)

Aku siap. Aku siap.

Who run the world? Girls!

Komentar

  1. Selamat ya, Tuhan yg bimbing petualanganmu kedepannya, Gbu nonstop ��

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer