Multitasking.
Aku suka melakukan 2 sampai 3 pekerjaan dalam satu waktu. Seperti malam
ini, sembari membaca jurnal yang aku
butuhin untuk skripsi, memakan nasi goreng mas madura untuk makan malam, dan dengerin
vlogger di youtube nge-review salah satu produk ‘kue kekinian’ yang mengatasnamakan
public figure. Denger doang, tanpa liat videonya. Ngelatih pendengaran dan
imajinasi visualisasiku itu sejauh mana, walau masih stuck di level 0.0001 dari
10. Oke ini ga penting sih. Jadi skip
aja.
Setelah videonya selesai, aku kembali ke halaman youtube untuk memilih
video yang akan aku dengerin lagi. Namun tanpa disengaja (tanpa disengaja yehehe), aku membuka akun twitterku. Kemudian
nemuin ini di timeline :
Penasaran. Terus
scrolling lagi ke berita yang lain.
Dan nemu ini lagi.
Atau untuk
berita lengkapnya mungkin bisa dibaca disini :
Dan kalau dicoba
untuk browsing lagi, bakal nemu banyak. Aku saranin untuk baca lebih dari satu
sumber teman-teman. Biar informasinya tidak rancu, dan tidak memihak.
Sebenernya
pengen gak komen apa-apa sih. Skripsi belom kelar, juga makan malam gue belum
habis. Lagian “who am I to judge?”.
Tapi sebagai warga Negara yang baik, punya hati dan peka terhadap perubahan
lingkungan *cieh, jadilah tulisan
random yang tidak ada apa-apanya ini.
Balik lagi ke
gambar yang aku posting sebelumnya. Kebanyakan pembukanya nih jadi lupa mau
nulis apa.
Jadi, begini. Aku pribadi sangat menghargai pendapat dari Gubernur DIY,
walau kelihatannya, mungkin agak sedikit lebih berpihak pada satu golongan
tertentu. Sepertinya, pendapat tersebut diutarakan untuk menjaga keamanan,
kerukunan, secara massal. Karena selaku Gubernur, dan Beliau juga kepala
daerah, jadi wajib untuk menjaga keamanan dan ketertiban warganya.
Kemudian muncul banyak sekali
komentar-komentar dari masyarakat. Selalu ada pro dan kontra dari kasus seperti
ini. Yang merasa hak sebagai warga Negara yang memiliki kesetaraan telah
‘tercoreng’ mengutarakan pendapatnya, juga sebaliknya. Tidak jarang kejadian
seperti ini terjadi. Dan isu agama menjadi salah satu hal yang sangat sensitif
untuk diperbincangkan. Seperti minoritas tidak bisa melakukan apa-apa, dan
ketika melakukan, sesuatu itu dianggap salah.
Disatu sisi. Di tempat lain,
kejadian seperti ini jarang untuk ditemukan. Maksudku, ada banyak tempat di
Negara ini yang menjunjung tinggi nilai toleransi. Tidak memandang latar
belakang ras, suku, agama bahkan golongan tertentu yang dianutnya. Maka sangat
disayangkan, kalau ternyata masih banyak orang-orang di Negara ini yang masih membuat standart
akan sesuatu. Berpikiran sempit. Membatasi dan mengkotak-kotakkan kebebasan.
Kadang aku berpikir kehidupan
ini sudah sangat sempurna diciptakan. Semua. The bad, the good. The positive, negative. Black, white. Semua
sudah diciptakan secara merata dan seimbang. Melakukan berbagai hal, untuk
mendominankan sesuatu, menganggap sesuatu lebih benar dan yang lain tidak, akan
merusak systemnya. Karena kalau salah
satunya tidak ada atau bahkan hilang, maka bagian yang lain akan memiliki makna
yang berbeda.
Menghilangkan salah satu bagian
dari, suatu ‘kesatuan’ akan menciptkan ketimpangan.
Semoga kita bisa lebih memperluas pola pikir kita masing-masing. Aku,
kamu. Siapapun.
Komentar
Posting Komentar