Random thought



Kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Mengapa? Karena memang begitulah hakekatnya. Mengalami beberapa hal yang tidak kita inginkan terjadi, terkadang akan membuat kita tidak dapat menemukan sisi baik dari sebuah kejadian. Padahal yang tidak kita inginkan terjadi itu, tidak selamanya buruk. Padahal, kita diajarkan untuk bersyukur dalam segala hal, iya kan?

Disaat seperti ini dukungan dan motivasi yang disampaikan kepada kita rasanya tidak akan pernah sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran kita sendiri. No sense. Sepertinya, Tuhan menempatkan pada takdir yang tidak adil. Yang kita rasakan justru seperti sebuah penghakiman yang menyudutkan dan  terlihat menyalahkan. Menghabiskan waktu seorang diri rasanya cukup bila dibandingkan dengan bersama banyak orang yang tidak mampu mengerti apa yang kita mau. Sendiri lagi deh.

“Pencapaian orang lebih baik, sementara usahaku tidak lebih buruk dari apa yang dia kerjakan”
“Aku kehilangan pekerjaanku.”
“Ibuku sakit.”
“Tugas akhirku tak kunjung rampung.”
“Temanku menghianatiku, mereka membohongiku.”
“Aku tidak sanggup”
“Cobaannya terlalu berat”,
“Kamu hanya tidak  merasakan bagaimana menjadi aku”.

They said, “there will always a thing that we still have to thank for, inside a huge-car-accident”. Selalu ada hal baik dari sebuah kejadian. Selalu ada alasan untuk bersyukur, seburuk apapun cobaannya, seberat apapun harinya. Pasti selalu ada hal yang pantas untuk disyukurkan.

            Few days ago, a friend of mine who live hundreds kilometer apart from me, asked what exactly the  “happiness” meaning is. It took me a while (not so long time) just to find the right words. “Apa hal yang membuat kamu bahagia?”, he said.
           
Beberapa hari setelah itu, aku juga menanyakan hal yang sama kepada beberapa temanku. “Apa hal yang membuat kamu bahagia?” Tanyaku pada salah seorang diantara mereka. Kemudian dia terdiam dan merenung. “Aku tidak tau”, jawabnya demikian. “Kamu tidak tau apa hal yang membuatmu bahagia?”, tanyaku heran. “Bukan tidak tau, hanya terlalu banyak, rasanya untuk memberitahumu semuanya akan memakan waktu yang sangat lama”, jawabnya dengan tenang. “Beritahu aku salah satunya”, balasku kembali. “Bisa mendengar suara ibuku setiap hari”. Jawabnya singkat. “Sesedarhana itu?” kutanya kembali. “Ya sesedarhana itu” jawabnya.

            Yang satunya menjawab “Bisa makan ice cream”. “Bisa nonton Bioskop”. “Bisa beli baju murah”. “Wi-Fi lancar no buffering”. “Bisa beli Buku setiap bulannya” “Makan indomie varian rasa” Dan masih banyak jawaban beragam lainnya.

Ternyata banyak sekali manusia di bumi ini yang masih bisa berbahagia terhadap hal kecil. Namun tak jarang juga kita menemukan orang-orang yang selalu memberi standart terhadap sesuatu. Seolah-olah bahagia hanya bisa dicapai oleh mereka yang mengeluarkan effort yang sangat besar. Sampai kita lupa, bahwa memberi standart juga akan memberi batasan terhadap apapun.

Jangan berekspektasi terlalu tinggi terhadap sesuatu. Ekspektasi yang terlalu tinggi akan mampu memberi kekecawaan yang mendalam juga.
Jika kamu sering dikecewakan dan merasa dibohongi oleh orang lain, maka belajarlah untuk tidak terlalu percaya atau mengandalkan orang lain. Belajarlah untuk lebih mengandalkan dirimu sendiri. 
Jika kamu merasa bebanmu terlalu berat, percayalah bahwa banyak sekali orang diluar sana yang memiliki beban yang lebih berat dari kamu. But they still can enjoy their day.
Jika kamu merasa tidak pernah memiliki apa yang kamu inginkan, percayalah bahwa you deserve something much better.
Jika kamu merasa hidup ini tidak adil, percayalah bahwa semua orang akan memiliki kebahagiaannya masing-masing. Tidak sekarang, nanti.

Percayalah bahwa bahagia itu sangat sederhana.

Sesederhana proposal skripsi minim revisi. hehe

Have a great day everyone :) Say goodbye to sadness.




Komentar

Postingan Populer