Memaklumi Diri Sendiri


Kurang lebih, sudah satu tahun aku terakhir sekali periksa mata, dan sudah dua tahun lebih lensa kacamatanya belum diganti. Beberapa kali sudah ngerencanain bakal periksa mata, dan ganti lensa. Entah kenapa rencana itu selalu saja ditunda-tunda.

Minggu lalu aku memutuskan untuk menggunakan BPJSku untuk pertama kalinya. Kata mama, bila ada fasilitas jangan disia-siain. Akhirnya, jadilah aku menggunakan kartu BPJS untuk periksa mata. Sebagaimana mengikuti prosedur yang sudah ada, maka awalnya harus mendaftarkan diri dan mendapat rujukan dari Puskesmas terdekat, kemudian memilih Optik/RS tujuan untuk melakukan pemeriksaan. Aku memilih Malang Eye Center sebagai lokasi pemeriksaannya, rekomendasi dari seorang teman.

Setelah melakukan pemeriksaan mata, hasilnya cukup membuat kaget karena minus mataku naik drastis. Mungkin kamu sudah bisa menebak apa yang dilakukan dokternya, menasehatiku tiada henti selama didalam ruangan. Aku sengaja tidak membawa kacamataku, ketika ditanya kujawab saja ketinggalan. Akhirnya sesi menasehatipun ditambah 15 menit.

Setelah selesai, dan melengkapi berkas yang dibutuhkan untuk administrasi aku memutuskan untuk mengganti kacamataku. Bukan lensanya saja, tapi beserta frame-nya juga. Yang sebenarnya, mengganti frame tidak termasuk kedalam rencana. Karena aku adalah tipe orang yang sangat mempertimbangkan betul untuk apa, dan berapa nominal uang yang akan dihabiskan. Secara notabene-nya w masih belum punya penghasilan sendiri. This after college life, benar-benar membuat keuanganku tidak stabil. Ghorby pernah bilang "kehidupanmu setelah kuliah itu akan berubah drastis". And thats really true. Tetapi BPJS menyediakan anggaran dalam pembuatan kacamata beserta gagangnya. So, as long as it is free, then WHY NOT? hehe. 

Aku awalnya merencanakan membuat kacamata itu sehari setelah aku periksa. Karena BPJS hanya memberi pelayanan maksimal sampai pukul 12:00 siang, jadi aku tidak bisa melakukannya dihari yang sama.

Esoknya, aku tidak jadi pergi. Alasannya klise. Ketiduran. Oke ini mungkin kesalahanku. Aku memiliki kesulitan dalam jam tidur. Baru bisa tidur kalau jam sudah subuh, kadang mendekati jam 5 pagi. Sementara aku harusnya sudah di Optik itu sebelum pukul 10:00 pagi (ya paling lamalah, soalnya bakal ngantri). Kemudian, esoknya lagi aku harus ke Surabaya ada event yang harus diikuti.
Esoknya lagi, tidak jadi pergi karena merasa kelelahan pulang-pergi Surabaya-Malang.

Begitu terus. Hingga hari ini, belum jadi-jadi ngurus kacamata.

Baiklah cerita ini sudah sangat panjang, yang ingin aku katakan sebenarnya adalah satu hal, kita terlalu sering memberi pemakluman pada diri sendiri. Atau "memaklumi diri kita sendiri" sampai pada level yang terlalu tinggi. Seperti yang sudah sering kulakukan ini misalnya.

"Wah aku ketiduran. Telat". 
"Gak apa apa, masih bisa besok kok". Maklum.

"Ternyata besok ke Surabaya, gak jadi lagi nih". 
"Gak apa apa, habis pulang dari Surabaya wes" Maklum

"Kacamataku ketinggalan"
"Gakpapa-gakpapa masih bisa meraba-raba kok"


Terlalu banyak kata "gak apa apa" dan "masih bisa" dalam pembendaharaan kita. Akhirnya kebiasaan seperti ini yang membuat kita nyaman bahkan terlalu nyaman pada kondisi apapun. Jadinya gak ada strugle, ga ada tantangannya. Tetapi sangat sibuk mengomentari kehidupan orang lain yang misalnya jauh lebih menyenangkan, layak, bahagia, atau sebutan apapun yang membuatmu merasa jatuh bila dibandingkan dengannya. Mungkin memang sudah menjadi sifat dasar manusia kali ya yang selalu komplain dengan rumput tetangga yang kelihatannya lebih hijau, sementara rumput sendiri tidak pernah diberi perawatan. Kita komplain, padahal kita gak tau sejauh mana usahanya. Seberapa sering dia jatuh, atau sudah sebanyak apa waktu dah energinya yang terbuang.

Mungkin langkah kecil yang perlu dilakukan adalah menurunkan level pemakluman pada diri sendiri. Stop memberi kata "gak apa-apa" dan "masih bisa" bila ada rencana atau targetmu yang terlewat. Waktu bisa saja terlihat panjang, padahal sebenarnya tidak banyak. Tidak masalah apabila rencana itu terhitung sangat sepele, atau kegiatan yang biasa banget untuk diri sendiri. Mulailah untuk bertanggang jawab pada dirimu sendiri terlebih dahulu, baru berani bertanggung jawab pada pekerjaan besar yang menyangkutpautkan orang lain.

You got what I mean, right?
.
.
.
.
.


Maaf banget kalau tulisan ini agak berantakan. Lagi nunggu grab ni mau pulang ke kost.

Komentar

Postingan Populer