30 Hari Bercerita - 2020 dan Segala Keajaibannya



Sidoarjo, 1 Januari 2021.

Akhirnya kembali lagi ke bulan yang selalu aku tunggu-tunggu kedatangannya. Aku selalui menyukai hal yang pertama dari segala sesuatu. Karena bagaimanapun keadaanya, yang pertama pasti selalu istimewa.

Sebagai pembuka dalam 30 Hari Bercerita-ku tahun ini aku ingin menuliskan tentang tahun 2020 dan semua kejadian yang telah kulalui. Meski kita sama-sama tahu, 2020 adalah tahun yang cukup berat. Rencana yang gagal, sakit penyakit, dan cobaan lainnya. Tetapi kita telah berhasil melaluinya. Memasuki tahun ini dengan harapan yang baru. Aku hebat, kamu hebat, kita semua hebat. So here is the highlight.

Pada awal tahun 2020, ibuku berhasil menduduki posisi baru dalam pekerjaannya dan menjadi seorang pejabat struktural di salah satu dinas pemerintahan di kabupatenku. Dia mengatakan bahwa itu adalah achievment terbesarnya selama dia berkarir. Bukan hanya aku, kami sekeluarga sangat bangga padanya. Beberapa kali dia sempat ragu akan kemampuannya, justru aku merasa tidak yang perlu  dikhawatirkan. Karena aku yakin dia akan selalu bisa bertanggung jawab atas pekerjaannya. Good job mom, I'll always be your number one fan.

Memasuki bulan April, Covid-19 mulai mengunjungi Indonesia. Pandemi menjadi status darurat Nasional, bahkan dunia. Beberapa daerah di lockdown, pekerja dirumahkan, kantor di tutup. Tempat beribadah ditutup, dan sekolah dilakukan secara daring. Angka infeksi dan kematian dari hari ke hari yang terus meningkat, tidak bisa ditekan pergerakannya. Kekhawatiran dan ketakukan dimana-mana. Awal mula penderitaan di tahun ini yang seolah tidak berujung. Banyak manusia yang tidak makan karena sumber pendapatan hilang. Kebun binatang tidak bisa beroperasi karena harus mengurangi kerumunan seperti instruksi pemerintah. Banyak hewan yang menjadi tidak terawat dan akhirnya mati. Betapa pandemi ini membawa dampak kepada semuanya, tanpa terkecuali. 

2020 rasanya seperti mimpi buruk yang menghancurkan semuanya secara tiba-tiba. We lost so many things this year. Money, time, energy and people we love. Beberapa orang temanku kehilangan orangtuanya. Menjadi duka yang amat mendalam juga bagi aku pribadi. Karena aku tau, berapapun usia kita, kita tidak akan pernah siap menghadapi kehilangan. Tapi siapakah kita yang tidak bisa menghentikan waktu dan mengubah takdir.  

Pandemi mengisi sepanjang tahun 2020. Hingga tidak sadar sudah memasuki bulan di penutup tahun. Cukup senang karena aku sudah berencana di akhir tahun memang akan cuti dan merayakan ibadah malam tahun baru bersama keluarga. Ditambah pula kedatangan seseorang yang cukup berarti tahun ini. Namanya Joenathan Apul Kristian Tambunan. Yang membuat derajatku sebagai tante pun bertambah. Sukacita Natal terasa dekat, pertanda waktu kepulanganpun akan tiba. Namun ditanggal 17 Desember aku dan teman-temanku harus dipulangkan dari kantor karena istri dari salah seorang yang temanku terinfeksi positif Covid-19, dan kami harus menjalani WFH. Sesuai dengan instruksi kantor kami harus melakukan tes Swab PCR sebagai antisipasi tracking penularannya. Kurang lebih 17 hari isolasi mandiri dan tidak pergi kemana-mana. 

Ditanggal 18 Desember hasil lab keluar, dan negatif. Namun yang justru membuat janggal adalah malam setelah itu aku merasakan gejala demam, radang tenggorokan, yang diikuti dengan hilangnya indra penciuman dan perasa (lidah). Aku merasa kalau aku hanya demam biasa karena sudah swab di hari sebelumnya. Karena itu aku hanya mengkonsumsi obat penurun demam dan vitamin yang memang sudah aku stock dari dulu, serta kompres karena demam tinggi. Seminggu setelah itu keadaan membaik. Yang membuatku cukup pede kalau aku memang sudah sehat dan bisa pulang. Kemudian aku melakukan swab PCR kembali di tanggal 30, untuk keperluan penerbangan. Dan ternyata hasilnya, positif. Sempat shock dan merasa bahwa ini semua hanya mimpi. Aku berusaha untuk menerka-nerka apa yang sedang terjadi kepadaku dan berpikir hal apa yang harus kulakukan setelah ini. Karena jujur saja hal ini cukup membingungkan. Dan rasanya sangat susah untuk menyemangati diri sendiri. Aku memutuskan untuk refund tiket penerbangan yang sudah kubooking dari jauh hari, dan mulai memikirkan bagaimana cara memberitahukan berita ini kepada kedua orangtuaku karena sepertinya meraka akan cukup sulit untuk memahaminya. Aku berusaha menjelaskannya secara runut dan sedetail mungkin tanpa menutup-nutupi kejadian sebenarnya. Meskipun kejadian ini cukup membuat keluargaku dan aku sendiri terpukul. 

Satu yang sangat kusyukuri adalah aku cukup kuat melalui semuanya ini sendiri. Melewati masa kritis dengan pertolongan tangan Tuhan. Hasil lab yang sudah mendekati angka normal, meski masih tetap butuh perawatan yang cukup, konsumsi vitamin dan isolasi karena masih beresiko menularkan kepada orang lain. Ternyata aku mengakhiri tahun 2020 dengan sesuatu yang positif juga *heheh

Terpujilah Tuhan yang baik yang selalu melindungku dan membuat segala sesuatunya terjadi dengan sangat baik dan sesuai dengan apa yang kubutuhkan. Aku sungguh tidak khawatir melalui tahun yang baru ini, karena aku yakin Tuhan akan selalu bersamaku.

So, here I am now. Menjalani proses recovery sambil menulis blog dan minum teh jahe hangat. Doakan aku cepat sembuh ya :)

Selamat tinggal 2020 penuh kenangan.

Offcourse we will not miss you, and good bye.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer