Samuel
Dingin
dan hujan, seperti biasanya kota Malang.
Lebih
3 minggu lamanya aku meninggalkan Malang
karena harus kembali ke kampung halaman untuk merayakan pernikahan kakakku yang
pertama, kemudian Natal dan menutup tahun bersama keluargaku setelah 3 tahun
lamanya tidak merayakannya bersama mereka.
Memang
tidak berubah jauh, Malang masih dengan suhunya yang dingin dan menusuk kulit.
Tetapi nyaman dan menyimpan banyak cerita.
Sudah 3 hari aku flu berat yang disertai demam. Suhu badan naik, kepala
nyut-nyutan dan bersin tiada henti. Bukan kondisi kesehatan yang kuharapkan
setelah 3 minggu meliburkan diri dan menambah amunisi lemak yang banyak.
Hari ini kuputuskan untuk
mengikuti ibadah sabtu malam di salah satu gereja Katolik Katedral di Malang.
Seperti yang biasanya kulakukan.
Hari ini juga aku dipertemukan
dengan Samuel.
Samuel adalah salah satu Nabi yang
diceritakan dalam Alkitab Perjanjian Lama. Anak yang kelahirannya sangat
dinanti, dari pasangan Hana dan Elkana. Hana adalah istri pertama dari
pernikahan poligaminya dengan Elkana. Hana mengalami ‘kekurangan’ dalam proses memiliki
keturunan. Karena menurut kebudayaan dan adat di Israel pada jaman tersebut,
perempuan yang tidak bisa memiliki keturunan merupakan celah dan aib dalam
keluarga. Maka dari itu Elkana mempersunting Penina sebagai istrinya yang kedua,
dan yang memberinya banyak keturunan. Namun karena perbuatan baik dan
ketaatannya kepada Yehuwa (Allah), Hana-pun mengandung dan melahirkan Samuel.
Putranya yang tunggal. Yang setelah berumur 4 tahun mendedikaskan dirinya untuk
melayani Allah di Tabernakel.
Banyak sekali nilai baik yang
dapat kita temukan dari kisah ini. Tentang bagaimana cara mengikhlaskan sesuatu
yang kita punya, walau sudah banyak sekali rintangan yang kita lalui untuk
mendapatkannya. Seperti Hana yang merelakan Samuel sebagai pelayan Allah pada
usianya yang masih muda. Terlepas dari Penina yang selalu membuatnya menahan malu
diantara orang-orang yang mencacinya karena tidak bisa memiliki keturunan. Keikhlasan selalu memberi ketenangan dalam
hidup Hana. Hingga Samuel terlahir sebagai satu-satunya Nabi yang dipilih Allah
di jamannya. Menjadi Nabi terakhir dalam perjanjian lama.
Tidak pernah berhenti untuk
berdoa. Ketulusan dan kepercayaan kepada Tuhan akan membuat kita selalu dalam
lindunganNya. Seperti yang tertulis dalam Matius 6 : 8 “… Karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan. Bahkan sebelum kamu
memintanya”. Jangan mengkhawatirkan masa depan. Sebab Tuhan sudah merancang
segala sesuatunya akan berakhir indah. (Pengkhotbah 3)
.
.
Selamat melanjutkan aktivitas teman-teman.
“Tetaplah
berdoa” – 1 Tesalonika 5 : 17
Tuhan Memberkati kita semua 😊
Komentar
Posting Komentar