Tentang Harapan.
What is the saddest part of your life?
Aku mencatat dua kejadian paling sedih yang pernah ada dalam sejarah hidupku.
Yang pertama adalah kejadian tahun 2006, ketika dokter mendiagnosis bahwa terdapat tumor di Payudara mama. Tahun 2006 adalah saat dimana aku masih berusia 9 tahun, kelas 4 SD. Benar-benar belum mengerti sama sekali apa itu "tumor". Aku mendengar penjelasan dari dokter dan mengetahui bahwa terdapat benjolan di payudara bagian kanan. Seketika duniaku runtuh. Aku berpikir bahwa ini sama halnya dengan kanker. Satu hal yang muncul dalam benakku adalah mama akan meninggalkan kami semua. Pondasi terkuat di keluarga. Aku yang masih berusia 9 tahun dan menjadi anak perempuan satu-satunya mulai mendekatkan diri ke mama. Seperti menawarkan bantuan ketika dia hendak ingin melakukan sesuatu. Menanyakan bagaimana keadaannya, mengingatkannya untuk menggunakan obat, seolah-olah aku akan menghadapi kehilangan terberat dalam hidupku. But its true, setiap malam kuhabiskan dengan berdoa kepada Tuhan. Berharap mama segera dipulihkan dari penyakitnya.
Tahun 2008, mama melakukan operasi pengangkatan tumor di Jakarta. Yang pasti terdapat banyak sekali perdebatan sebelum memutuskan untuk melakukan operasi itu. Mama yang tidak mau di operasi, sementara benjolan sudah membesar. Bapak yang memaksa harus melakukan operasi, anjuran dokter, dan demi kesehatan. Aku yang tidak tau harus berpihak kepada siapa. Seperti aku sangat ingin mama sehat, dan disaat yang sama juga tidak ingin menyakitinya dengan menyuruhnya melakukan operasi itu bila tidak mau. Namun seiring berjalannya waktu akhirnya mamapun luluh dan setuju untuk melakukan operasi itu. Puji Tuhan. Sekarang beliau sudah sehat, dan menjalani hari-harinya dengan baik. Walau melewati tahun 2008 menjadi tahun perdebatan batin bagi diriku sendiri :D
Yang kedua adalah ketika seseorang yang sangat kusayangi meninggal tahun 2009, di bulan Mei tanggal 29. Dia adalah Kakekku, orangtua dari Bapak yang kupanggil dengan sebutan Opung Doli. Dia adalah seorang mantan Guru Bahasa Indonesia, mantan Kepala Sekolah, mantan Kandep (Kepala Department) yang disegani di jamannya. Opung Doli menjadi salah satu yang paling bahagia ketika mengetahui kelahiranku, yang memberiku nama, dan yang mengabulkan apapun permintaanku. Aku lebih dekat dengannya daripada dengan Bapak. Opung Doli adalah orang yang akan menandatangani raport semesterku dari SD sampai SMP, yang akan selalu kucium tangannya sebelum berangkat dan sepulang sekolah. Yang membuatkanku susu ketika sarapan, memberiku uang saku, dan membelikanku hadiah ketika juara kelas atau prestasi apapun yang mampu kuraih. Memarahi siapapun yang membuatku menangis. Tidak peduli dia seorang guru atau bukan. Mengajari dan membantuku mengerjakan tugas. Mengajariku berdagang dan memilihkan makanan apa yang bisa dan tidak bisa untuk dimakan. Yang akan membuatkanku surat sakit supaya tidak sekolah, padahal aku hanya sedang malas dan ingin menghabiskan hari dengannya. Dia akan berdebat dengan mama dan bapak yang memarahiku ketika mengetahui bahwa aku sehat dan mengapa tidak pergi ke sekolah. Dia akan marah dan mengatakan bahwa dia lebih mengenalku ketimbang mereka.
Hahahaha :D I'm crying and laughing at the same time to wrote this.
Hingga diawal tahun 2009, kesehatannya mengalami penurunan. Kata mama, dia mengidap penyakit kanker usus. Ketika kutanya mengapa tidak melakukan operasi seperti yang dilakukan ke mama, katanya dokter tidak menyarankan lagi. Terlalu beresiko untuk seorang yang sudah lanjut usia. Kata mama, kami harus mengabulkan apapun yang dia minta dan menyiapkan diri atas kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Aku dihadapkan lagi pada kondisi dimana ingin menolong tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Aku menangis bila melihatnya keluar masuk RS.
Aku masih ingat, hari itu. Jumat pagi, ketika hendak berangkat ke Sekolah, mama menangis dan mengantarku ke rumah Opung. Aku memasuki pintu rumahnya, dan melihat tubuhnya terbujur kaku di tempat tidur. Sudah rapi dengan stelan Jas, dan dasi hitam favoritnya. Kuletakkan tasku dan kusentuh wajahnya. Wajah manusia paling baik yang pernah kukenal. Wajah yang sampai sekarang akan selalu kurindukan. Kehilangan teberatku. Opung doliku naburju.
Dua kejadian ini terjadi secara beruntun dan benar-benar membuatku down dan hampir kehilangan arah. Satu yang kusyukuri adalah aku tidak kehilangan Tuhan. Kejadian ini memberiku pelajaran bahwa seberat apapun cobaan, Tuhan adalah tempat paling utama dalam 'berserah', ketika badan dan pikiran seperti tidak sanggup untuk menanggung seberat apapun beban dan cobaan yang kita hadapi. Sebelum mama melakukan operasi, selama Opung Doli bergumul dalam penyakitnya, aku hanya meminta yang terbaik dari Tuhan. Apapun yang terjadi kedepannya, kuharap itu adalah yang Tuhan mau bukan yang aku atau siapapun kehendaki.
Puji Tuhan, mama sekarang sudah sehat. Sudah sangat mampu untuk mejalani hari-harinya. Masih mampu mrepet dan memahariku ketika berbuat salah. *peluk mama erat-erat*
Dan,
Opung Doli sekarang sudah bahagia di Surga. Bertemu dengan orang-orang yang dikasihinya. Mengawasiku dari atas sana, dan mendoakanku selalu.
I miss you Grandpa. Always do, and always will.
Komentar
Posting Komentar