Manusia


Laptopku rusak. I dont know why, beberapa fitur tidak bisa digunakan. Seperti semua aplikasi microsoft dan aplikasi lainnya. Kadang layar tiba-tiba hitam, dan seketika mati. It made me a little too worried, because my skripsi was there and all the stuff. Aku menghubungi seorang temanku dan meminta bantuannya untuk memperbaiki, namanya Dimas. I dont have enough money bila harus membawanya ke toko reparasi. Maksudku, aku sedang menabung. Membawanya ke toko reparasi akan mengeluarkan banyak biaya. Karena dia seorang teman, and want to do it for free then why not. Dan sekarang, aku menulis ini ketika aku sedang menunggunya. Laptop rusak tidak menjadi penghalang, so I use my phone to write this.

Aku duduk di sebuah bangku berwarna cokelat kayu yang berada di sebelah kanan gedung Jurusanku di kampus. Mengenakan jaket berwarna merah marun sambil memopong sebuah tas ransel berisi laptop. Aku biasanya tidak menggunakan jaket setebal ini dan biasanya juga tidak menggunakan ransel. Karena Malang biasanya tidak sedingin ini di siang hari, dan biasanya akupun tidak membawa laptop ke kampus. 

Aku sedang marah dan ingin menangis disaat yang bersamaan. Namun tidak tau harus melampiaskannya kesiapa, jadilah aku duduk disini sambil menulis ini. Meski menangis di tempat yang ramai bukan sesuatu hal yang baru lagi yang pernah terjadi padaku, namun kali ini aku memutuskan untuk tidak menangis. Walau rasanya sangat berat untuk menahan, dan pelupuk matakupun sudah penuh dengan air yang memburamkan pandanganku.

Pikiranku sedang dipenuhi tentang manusia, manusia, dan manusia. Manusia adalah satu-satunya ciptaan Tuhan yang selalu membuatku merasa "wow" akan pola pikir, sikap dan tingkah lakunya. Kali ini aku akan membahas tentang salah satu sikap manusia, dan aku. Aku yang beberapa detik lalu memastikan bahwa 'aku' masih seorang 'manusia'. Sikap yang kumaksud ini adalah seperti mengapa bisa seorang manusia tega untuk menyulitkan, menghalangi atau mungkin membenci manusia yang lain. Apa yang mereka rasakan ketika melakukannya? Apakah mereka senang ketika orang lain menjadi terhalangi oleh karenanya? Seriously? Kalau memberatkan manusia lain akan menimbulkan perasaan senang, mungkin dari sekarang aku akan melakukannya.

Dan tentang aku. Aku yang pernah tidak menyukai seseorang. Kamu pernah? Aku pernah. Dan rasanya sangat tidak menyenangkan. Seperti setiap pekerjaan yang kita lakukan, akan selalu membersitkan dia dalam pikiran. Menguras tenaga, emosi dan waktu. Merasa bersalah dan selalu khawatir. Karena tidak mau dirundung perasaan yang sama dalam waktu yang lama, aku mencoba untuk menghilangkan pandangan negatifku tentangnya. Like forget 'em for a while. Actually about the bad thing that they ever did to you. Atau anggap saja kejadian itu tidak pernah terjadi. Melupakan mungkin sulit, tapi memaafkan akan menghadirkan perasaan damai.

Akupun belajar untuk lebih menerima. Mungkin tidak sepenuhnya menerima, karena pola pikir setiap manusia pada dasarnya akan berbeda. Tetapi lebih ke memaklumi atau minimal tidak merespon, tidak memberi penilaian apapun. Setiap manusia bisa saja berbuat salah, yang penting adalah bagaimana cara kita menikmati hidup dengan berbuat baik tanpa memberatkan manusia lain. Seharusnya itu adalah poin utama dalam menjalani kehidupan. Seharusnya.

Dan ternyata 'memaklumi' itu susah banget, dan berbuat baikpun lebih susah lagi untuk dilakukan. Buktinya sampai sekarang aku masih belum bisa. Aku mulai menyalahkan diriku tentang mengapa aku masih  merasakan perasaan seperti ini. Marah, tidak menyukai, dan sangat kesal karena perlakuan orang lain terhadapku. Yang menurutku tidak baik, atau berlawanan dengan apa yang aku mau. Seolah-olah aku tidak pernah melakukan kesalahan. Seolah-olah aku adalah manusia paling baik yang pernah ada. I just made my own drama.

Kadang aku berbicara dengan diriku sendiri "kasian bgt. ngapain harus mikirin orang lain. belum tentu juga  lo dipikirin balik sama orang yang bersangkutan". See? Tidak hanya menimbulkan rasa khawatir yang berlebih, kamupun akan menganggap dirimu sendiri tidak penting. Seperti aku yang sedang merasa diriku sendiri tidak penting dan lebih buruk dari siapapun. Somebody please take me out from this random thought. 
.
.
.
.

But guys, please. Let me make it straight. Pesan terpenting dari postingan ini adalah jangan menjadi sepertiku. Stay positive in anykind of situations. Berpikirlah positif. Karena proporsi yang berlebihan akan sesuatu tidak pernah baik, seperti yang sedang kualami sekarang. And wherever you are, what kind of person are you, who read this, have a great day as well. 

Best regards from me.







Komentar

Postingan Populer